Mooring bouy, Selamatkan Terumbu Karang Kita

Pantai Teupin Serekui, Sabang

Siapa tak kenal Sabang. Lewat lagu “..dari Sabang sampai Merauke..”, membuat kota ini dikenal orang, meski hanya sekedar “pernah dengar”. Kota yang juga dikenal karena Tugu Nol Kilometer-nya ini, ternyata memiliki eksotisme laut yang luar biasa. Sabang memang indah, itulah kalimat yang sering dikatakan para divers manca negara. Mereka jauh-jauh dari Eropa atau Amerika hanya untuk menikmati pesona taman laut Sabang. Bahkan tetangga negeri ini seperti Malaysia dan Singapura ikut menikmatinya. Tak tanggung-tanggung, mereka rela menguras kocek untuk mempelajari kehidupan makhluk laut di sini.

Kota yang berkarir lewat keindahan alam ini mampu membayangi turis untuk berkunjung dan kembali lagi. Turis rela menghabiskan waktu berbulan-bulan hanya untuk menikmati indahnya laut dan suasana Sabang. Aroma keharmonisan alam dengan gaya masyarakat yang khas, menjadi rupa penggugah kedamaian. Berbagai latar belakang manusia mampu berbaur dalam kuota lahan yang menyajikan kehidupan baru. Toleransi yang menjadi batas kepentingan mampu didirikan di tanah Serambi Mekah ini. Kota kecil ini mampu mengusung arti Pancasila sesugguhnya. Inilah buah karya Aceh, simbol persatuan yang mengusung kedamaian. Dunia mengakuinya, meski kadang kita sebagai bangsa sendiri tak mengetahuinya.

Sabang tidak hanya memiliki taman laut yang indah tetapi juga memiliki putra daerah yang bertangan hijau. Mahyidin atau lebih akrab dengan sebutan Pak Doden adalah salah satunya. Dia adalah pemilik Rubiah Tirta Divers yang cukup terkenal di kalangan diver dunia. Rasa nasionalisme yang tinggi pada negaranya, membuat Pak Doden mengabdikan dirinya dalam upaya konservasi terumbu karang di wilayah Laut Sabang. Berbekal ilmu yang didapatkan dari profesinya sebagai ekspatriat pelayaran Panamama selama 5 tahun, Pak Doden merehabilitasi terumbu karang laut Sabang setelah peristiwa Tsunami 2004. Meskipun sebelumnya dia juga aktif dalam upaya konservasi karang. Tsunami telah merusak terumbu karang hingga 75 % di sekitar Pulau Rubiah. Ratusan juta yang dikeluarkan Pak Doden dari keuntungan Rubiah Tirta Divers telah menghidupkan kembali pesona laut Sabang seperti sebelum Tsunami. Uang yang dia keluarkan tak pernah membuatnya miskin. Justru membuat banyak orang ikut meraskan kebahagiaan. Terumbu karang telah membuat masyarakat pesisir Iboih, Sabang menjadi lebih hidup. Keindahan bawah laut mendatangkan turis dari penjuru dunia. Mereka datang dan datang lagi, pesona karang yang indah telah menghipnotis dan merasuki pikiran turis. Masyarakat mendapatkan penghasilan dari membuka restoran, cinderamata, bungalo, boat kaca untuk melihat karang, dsb. Dengan merehabilitasi karang, semua orang dapat ikut merasakan kebahagiaan dan mendapatkan penghasilan, asal ada kemauaan untuk berusaha dan memanfaatkan peluang yang ada.

Cuplikan Pesona Laut Sabang

Laut Sabang kini memang indah, terumbu karang yang subur dengan jutaaan ikan yang menghiasi perairan, membuat mata tak mau beranjak pergi. Inilah buah karya Pak Doden beserta masyarakat Sabang. Siapa sangka, kita sebagai penikmat karang, kadang tak sadar ikut melukai karang. Perahu yang sering kita bawa ketengah laut untuk menikmati indahnya karang, justru kadang malah merusaknya perlahan. Perlahan tapi pasti membuat ikan-ikan menjauh dari pantai. Terumbu karang adalah rumah ikan. Kumpulan dari terumbu karang adalah “kota” bagi ikan. Ketika kotanya hancur, mereka pergi dan “mengungsi” mencari tempat baru. Ketika tidak ada lagi tempat untuk di tinggali, maka ikan tidak dapat survive dan mati. Sama halnya bencana Merapi, andaikata pemerintah tak mengambil tindakan. Apa yang terjadi? Mungkin akan seperti jatuhnya peradaban kerajaan-kerajaan di tanah air pada masa silam. Candi yang dulu megah, hancur dan tertimbun tanah setelah tertutup material vulkanik gunung aktif. Karena apa? Mereka tak mampu mencegah gunung mengeluarkan material yang akhirnya menimbun kota mereka. Adanya teknologi mampu mengurangi dampak bencana alam. Alat berat pengangkat pasir mampu mengangkat timbunan material vulkanik gunung di sungai-sungai jalur Merapi.

Perahu nelayan yang memakai mooring bouy

Adakah teknologi untuk mengurangi kerusakan terumbu karang? Jawabnya ada. Kita sering dengar tidak ada sesuatu di dunia ini yang tidak mungkin. Ilmu dan kreativitaslah yang membuat segalanya menjadi mungkin. Siapa lagi kalau bukan kita?  Mooring bouy menjadi salah satu alternatif mengurangi dampak terumbu karang selain transplantasi terumbu karang. Mooring bouy merupakan pelampung (bouy) yang ditambatkan pada dasar perairan. Pelampung dihubungkan pada pemberat (konkret) dengan menggunakan tali tambang. Tujuannya, sebagai penanda titik tertentu di perairan dan menambatkan kapal, boat, dan perahu agar tidak merusak terumbu karang karena penggunaan jangkar. Kehadiran terumbu karang harus dijaga agar ekosistemnya dapat berlangsung secara berkelanjutan, salah satunya dengan mengurangi aktivitas penambatan jangkar kapal pada terumbu karang. Terumbu karang dapat tumbuh layaknya tumbuhan. Ekosistem ini sangat produktif di dunia sama halnya dengan hutan bakau. Meskipun demikian, terumbu karang sangat rapuh dan mudah rusak oleh gelombang laut maupun aktivitas kapal. Jika sudah demikian butuh waktu lama untuk memulihkanya kembali.

Indonesia dikelilingi oleh laut, hampir separuh lebih terdiri dari laut. Upaya konservasi yang sering diusung di negeri ini kebanyakan adalah hutan dan mangrove di daratan. Saking banyaknya sampai kita lupa bahwa lautpun banyak yang harus ditata. Pemerintah maupun bangsa ini sepertinya kurang peduli akan laut, semuanya tertuju pada daratan. Tiap seminar dan konferensi yang disinggung adalah hutan. Sehingga kepedulian pada nasib pesisir sangat kurang. Akibatnya banyak masyarakat pesisir tetap saja pada garis kemiskinan. Hal ini sangat bertolak belakang dengan negara-negara maju. Kini, yang berkuasa atas laut kita malah Jepang, Malaysia, Thailand, bahkan Singapura. Apa yang bisa kita lakukan? Padahal laut dapat menjadi sumber kehidupan yang sangat menguntungkan, seperti sumber pengetahuan, makanan, tenaga listrik, bahkan sumber devisa negara yang sangat besar ketika kita dapat mengolahnya dengan baik. Salah satunya seperti laut Sabang. Pesona laut Sabang mampu menjadi daya tarik bagi turis asing, otomatis masyarakat pesisir akan ikut merasakan kebahagiaan karena ada ladang pendapatan baru. Tetapi tak jarang dari kita kadang tak berpikir bagaimana cara mempertahankan agar apa yang sudah kita bangun tetap terjaga bahkan menjadi lebih baik.

Tim 124, KKN UGM untuk Sabang

Juli-Agustus 2009, penulis yang tergabung dalam tim 124, KKN UGM untuk Sabang, melakukan aksi nyata dalam upaya konservasi terumbu karang di sekitar laut Sabang. Tim ini terdiri dari 25 Mahasiswa dari 11 jurusan berbeda yang terdiri dari 12 Wanita dan 13 Pria. Mengusung tema “Pengembangan Ekowisata Bahari di Pulau Weh, Sabang”, kami membawa program yang telah dirancang dari kampus. Salah satunya adalah pembuatan dan pemasangan Mooring bouy. Mooring bouy salah satu solusi dalam menjaga ekosistem terumbu karang di tengah kepadatan turis di Sabang. Mooring bouy menjadi alternatif dalam penambatan kapal sehingga kapal tak perlu lagi melempar jangkar yang dapat merusak karang. Berkat kerja keras tim 124, Pak Doden, dan masyarakat Iboih, kami dapat membuat dan memasang mooring bouy di 10 titik (masing-masing 2 konkret) di sekitar Pantai Teupin Layeu untuk kapal-kapal nelayan dan wisata dan 3 titik (masing-masing 4 konkret) di pantai barat Pulau Rubiah yang ditujukan untuk kapal-kapal besar yang biasanya datang dari pelayaran luar negeri di Selat Malaka. Mooring bouy di letakkan di sekitar ekosistem terumbu karang, namun didasar yang tidak ada terumbu karang agar tidak terjadi kerusakan. Tentu saja kami melibatkan berbagai pihak dalam penyelesaian proyek ini seperti Pusat Studi Pariwisata UGM, Toulouse University dari Perancis, Pemerintah Kota Sabang, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), BAPPENAS, Dinas Pariwisata Kota Sabang, Pak Dodent, dan masayarakat Iboih

Pemasangan batu pada kerangka konkret
Pemasangan batu pada kerangka konkret

Kami memerlukan waktu sekitar 1 bulan lebih untuk menyelesaikan proyek mooring bouy. Proyek ini terdiri dari 4 tahapan yaitu Tahap I (pertemuan dengan stake holder), Tahap II (pembelian alat dan bahan), Tahap III (pembuatan konkret dan pemasangan bouy), Tahap IV (pemasangan mooring bouy). Pada Tahap I, Tim 124 melakukanpertemuan dengan stake holder yang terdiri dari tokoh masyarakat Iboih, Panglima Laot Sabang (pemimpin laut di Aceh; semacam pawang), pemuda, dan Pak Doden sebagai pemilik Dive Shop, karena mereka lebih tahu tentang karakteristik laut di sekitar Sabang. Program KKN merupakan bentuk pembelajaran mahasiswa agardapat berbaur, berguna, dan bekerja sama dalam masyarakat. Sehingga setiap program kami berusaha untuk selalu melibatkan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini penting dilakukan karena dapat mendorong masyarakat merasa memilik dan ikut bertanggung jawab, sehingga hasil yang telah dibuat tidak sia-sia dan rusak dimakan zaman.

Adonan semen dan pasir pengisi kerangka konkret

Pada Tahap II, kami melakuan pembelian pelampung (bouy), tali tambang, dan kili-kili dari Aceh dan Medan karena di Sabang tidak ada. Selama 8 hari lamanya (10-18 Juli 2009), tim 124 berusaha ekstra dengan bantuan masyarakat tentunya, mengumpulkan secara sukareka maupun membeli drum bekas oli dan ban mobil dari warga Sabang. Dari rumah ke rumah kami mencoba mengajak masyarakat untuk memberikan drum bekas pakai yang tidak terpakai, meskipun terkadang kita harus membelinya. Sebagian dari tim dan pemuda Iboih mencari pasir, semen, kerikil, dan batu gunung dari kota maupun milik warga, tentunya dengan budget yang tidak sedikit, inilah pentingnya kerja sama dengan Toulose University, Puspar UGM, maupun pihak terkait. Proses pengangkutan barang sangat sulit mengingat lokasi pembuatan terisolasi dari daratan utama, harus melewati bukit yang menguras tenaga untuk membawa ini semua. Sehingga kami menggunakan perahu sewaan atau terkadang dengan kapal Pak Dodent yang digunakan untuk mengangkut turis asing yang akan diving. Tidak tiap hari kami dapat menggunakan boat maupun perahu pinjaman, tentu saja karena boat sangat digunakan dalam pencaharian disini. Peralatan seperti alat diving, pisau pemotong tambang, palu, pemotong besi, cangkul, sekop, dan pahat untu membuka tutup drum didapatkan dari pinjaman warga.

Konkret yang telah jadi

Pada Tahap III, Sekitar 10 hari lamanya (20-30 Juli 2009) dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore kami membuat 4 konkret (pemberat) dalam sehari atau 42 konkret selama 10 hari. Sebanyak 25 orang mahasiswa dan warga pesisir melakukan kerja bakti membuat komponen utama mooring bouy ini. Tidak ada yang menduga bahwa sekitar 12 mahasiswa berkelamin wanita mampu mengimbangi kekuatan pria-pria. Mereka ikut andil melakukan meramu adonan cor drum dan mengisi drum dengan batu-batu besar. Meski terkadang mengeluh capek di sela-sela pengerjaan. Inilah wanita pilihan tim 124, jelas saja untuk menjadi anggota tim 124 kami diseleksi. Kelayakan kami menjadi pertimbangan perekrutan anggota. Adonan berisi 1 sak semen dalam 12 karung pasir dan batu gunung dimasukkan dalam drum sampai menutupi separuh ban mobil yang tenggelam dalam drum. Tahapan pembuatan konkret sangat menguras tenaga. Mahasiswa yang terbiasa memegang pulpen untuk menulis harus terbiasa untuk megang sekop untuk membuat adonan. Mahasiswi yang terbiasa memegang dompet maupun tas yang cukup ringan, kini harus terbiasa mengangkat batu gunung dalam keranjang untuk mengisi drum. Mungkin menjadi buruh bangunan tak pernah ada dalam benak kami, tetapi dengan semangat, kerjasama, dan tanggung jawab kami mampu melakukan itu semua.

Mengikat tali dan memasang swapel pada mooring bouy

Pada Tahap IV, Empat puluh dua konkret siap dipasang bersama bouy yang diikat tambang. Inilah mooring bouy. Dengan kapal ponton Pak Dodent, mooring bouy ditarik 2-2 dengan cara diikat pada sisi kapal menuju titik-titik yang telah direncanakan. Mooring bouy diletakkan pada kedalaman 5-13 meter di sekitar ekosistem terumbu karang, namun pada dasar yang tidak ada terumbu karang agar tidak terjadi kerusakan. Arus deras dan jarak pandang yang buruk menjadi permasalahan utama kami. Dalam 10 hari (1-10 Agustus 2009) kami mampu melakukan pemasangan mooring bouy di sejumlah titik.

Pemasangan mooring bouy diharapkan mampu mengurangi kerusakan terumbu karang, kapal menghentikan pelemparan jangkar di terumbu karang dan beralih dengan menambatkan tali ke bouy yang telah dipasang sehingga ekosistem terumbu karang di sekitar Pulau Weh tetap terjaga. Nasionalisme Pak Doden telah menjadi sumber inspirasi bagi kami. Inilah kreativitas kami sebagai mahasiswa sekaligus pemuda negeri ini. Kalau bukan kami siapa lagi? Berkat kegigihan Pak Doden dalam upaya konservasi terumbu karang, mengantarkan beliau sebagai salah satu dari 12 orang peraih Kalpataru 2010 dari pemerintah. Penulis bersama teman seperjuangan yang tergabung dalam Tim 124, KKN UGM untuk Sabang turut bangga pada beliau, apalagi kami juga ikut serta dalam menjaga ekosistem terumbu karang Laut Sabang dengan pemasangan dan pembuatan Mooring bouy. Semoga apa yang telah kami lakukan menjadi inspirasi bagi para pemuda Indonesia untuk berkarya dan bersusaha melestarikan lingkungan kita. Jadikanlah Ilmu yang kita dapat baik di sekolah maupun di kuliah menjadi sesuatu yang berguna bagi negerti ini. Cintailah negeri sendiri. Jayalah Indonesia.

Andri Frediansyah, Penulis adalah anggota Tim 124, KKN UGM untuk Sabang

 

4 drum (konkret) dalam 1 titik mooring bouy

21 thoughts on “Mooring bouy, Selamatkan Terumbu Karang Kita

  1. Good job for you. I’m proud for you. Lanjut kan gan..
    Terumbu karang sabang dan bunaken emang indah..
    Surga bagi ku dan kita semua..
    Teruslah berkarya kawan.

  2. Good Job Bro.., I like your act, I am proud too
    Bunaken & Sabang memang indah.. Lee pernah kesana and diving..
    Lee bangga ngeliat aksimu di sabang, sungguh hebat.
    Teruslah berkarya untuk negeri ini
    Garuda didada ku’ di dadamu juga ^_^

  3. Keren abiz !! Pas ngeliat blog tentang Sabang ini aku tambah penasaran
    Apalagi pelajaran berharga tentang ” terumbu karang”
    Aku baru tau kalau karang bisa tumbuh. Ku kira cuma batu.
    Dapat Ilmu baru… Share terus yah..
    Senang membaca blogmu.. apik dan enak.. walau cuma baru 1..hehe
    Ditunggu share with eva ya.. di cintafitri2000@yahoo.com

  4. Cerita yang bagus dan penuh semangat
    Pemuda memang harus aksi dan bukan hanya bicara..
    Senang melihat berjuangan kalian
    Semangat anak2 KKN..
    Teruslah berkarya untuk bumi tercinta..

  5. Semangat…
    Thank ceritanya memeberiku inspirasi..
    Hidup memang harus aksi, bukan hanya bicara..
    Dan kalian telah membuktikanya
    Semangat Para pemuda negeri
    KKN bisa menjadi pilihan untuk kita beraksi di masyarakat

    Salam hijau

  6. nice job….
    semoga tulisan anda bisa membuka mata orang lain untuk mengenali potensi wisata negara kita, bahwa tempat wisata yang memukau tidak hanya Bunaken, Bali dan Bandung….tapi dari wilayah ujung utara-pun memiliki kekayaan yang layak untuk dikunjungi dan dikagumi.
    Selamat!!!

  7. Good Job for writer this blog
    amazing experience and strong youth ideas
    Glad to read this blog
    full inspiration
    and giving spirit alive

    Hendra

  8. Keren banget ceritanya
    jadi iri deh,,
    Ajak aku ke sabang dunk…
    Ternyata tanah air sendiri sungguh indah
    O ya saya liat berita Pak Doden Peraih Kalpataru 2010 meninggal dunia Januari lalu sekitar 24-25 januari. aku lupa pastinya
    Inalilahi wa ina ilaihi rajiun
    Semangat..

    from dini Aceh

    • terima kasih atas ucapan berduka citanya kepada ayahanda kita bpk.dodent… alm.bpk.dodent meninggal tanggal 26 januari 2011… salam tuk semua teman2 di UGM… saya mewakili keluarga menghaturkan mohon maaf apabila selama semasa hidup beliau ada tutur sapa atau tingkah laku yg kurang berkenan dihati para mahasiswa UKM KKN UGM yg pernah kesabang…

      wassalam,
      iskandar dodent (putra ke-2 alm.bpk.dodent)

      • turut berduka untuk ya mas.. dulu saya cuma bisa kirim lewat sms.. tidak dapat kesana.. iya kalau ketemu saya salamkan.. tapi sekarang hampir semua sudah bekerja dan ada yang melanjutkan studi.. jadi insya allah kalau ketemu saya sampaikan. iya kami ke sabang waktu itu juli agustus 2009.. Banyak pengalaman dan juga ilmu dari beliau.. senang bisa tinggal disana.. semoga kapan2 bisa kesana lagi. amien

        semangat

        wassalam
        andri frediansyah

  9. Mencintai negeri sendiri memanglah suatu kemulian
    Berguna bagi negeri sendiri adalah keharusan
    Belajar adalah cara untuk berguna dan mencintai negeri

    Selamat, saya menyukai tulisan pada blog anda
    Keren sekali…Jadi pengen ikut tim kalian 124
    Wahahahaha..

    Menyenangkan dan bermanfaar banget
    Sustainable banget

    Good job man

  10. wow keren tuh postingannya bro..
    bagi2 pengalaman seru jg.. kpn2 ane share pengalaman menghutankan bumi indonesia.. sipp.. jd ada inspirasi nih..
    link nya dah terpasang bro.. keep blogging.. dan semangat..:)

  11. wow gak sangka andri pintar nulis semi ilmiah ya..bahasa enak benar dan mydah dimengerti…ibu kagum m a andri heheheheheheh

  12. alhamdulillah banyak sudah yang mau menyelamatkan terumbu karang termasuk andri. tulisanmu bagus ndri…smoga banyak orang tergugah tuk mau ikutan menyelamatkan terumbu karang setelah mebaca tulisanmu

  13. Indonesia memang cantik akan keindahan alam, banyak tempat yang menarik untuk dikunjungi.

    Topik yang dibahas cukup jelas dan bisa tergambar dalam pikiran saya mengenai tempat dan suasana di sana. Save our nation dan save our nature…. ^_^

Leave a reply to widawati Cancel reply